Sabtu, 04 Juni 2016

Ibadah moral di bulan Ramadhan


"Marhaban Ya Ramadhan!" Begitu kata umat Islam sejagat.

Bacaan surat Al-Baqarah ayat 183 menjadi favorit penceramah di bulan yang dipercaya membawa berkah.

Seluruh media massa, pasti terdapat kabar tentang kedatangan Ramadhan, mulai dari hal yang remeh-temeh sampai yang tidak bisa dianggap biasa.

Sebagian besar orang sibuk menghubungi kawan lama untuk persiapan buka bersama sekaligus ajang reuni setelah sekian lama tak jumpa.

Mahasiswa, Lembaga Sosial, Komunitas, dlsb, sedang sibuk meramu kegiatan santunan anak yatim dan dlu'afa.

Jangan lupa ya, pesan tiket transportasi untuk mudik lebaran, atau cari informasi mudik bareng walikota, gubernur, atau presiden.

Apa pun kesibukan di bulan suci, jangan sampai kita kehilangan substansi bahwa yang terpenting dalam Ramadhan adalah ibadah soal moralitas.

Sebab bulan Ramadhan adalah tempat untuk pengembangan dan pengendalian diri, juga peningkatan rasa patuh dan pasrah kepada Tuhan yang akan mewujud dalam kehidupan sehari-hari.

Kita akan kehilangan makna dan esensi dari iming-iming takwa, kalau Ramadhan dijadikan tameng untuk berlindung atau senjata untuk menyerang.

Silakan berpuasa dengan tenang dan khidmat tanpa usik dan berisik, karena ibadah tak perlu diketahui publik.

Silakan untuk tidak berpuasa dengan sopan dan terhormat, tidak dengan perilaku amoral, sebab Ramadhan adalah bulan dimana moralitas dijunjung tinggi demi mencapai derajat ketakwaan.

Jangan formalistik kalau beribadah, jangan pula berisik kalau tak jalankan ibadah, apalagi ribut ini-itu yang setiap tahunnya selalu bikin gerah.

Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan hanya untuk orang yang beriman, bukan ditujukan bagi mereka yang tak punya iman.

Pada hakekatnya, keimanan akan terkristalisasi menjadi keamanan dan kenyamanan.

Artinya, seorang yang sudah mampu mengendalikan keimanannya, dengan sendirinya akan memberi rasa aman dan nyaman bagi sekitarnya.

Orang yang beriman tidak gila hormat, justru ia akan sangat antusias menghormati yang lain.

Pun, keimanan orang yang sedang berpuasa.

Ia akan fokus pada ibadah yang sifatnya substansial dengan menekankan nilai moralitas, daripada meributkan hal yang fundamental ditambah dengan sesuatu yang formalistik.

Ramadhan dijadikannya sebagai ajang untuk menghamba dan bermesraan dengan Tuhan seraya mengembangkan nilai luhur kepada sesama dan semesta.

Jadi, mari kawinkan keimanan dengan ibadah moralitas yang akan menjadikan kita manusia dengan ketakwaan yang hakiki.
Previous Post
Next Post